Semua kata-kata
harus tepat sasaran. Setiap kalimat harus tetap sederhana, tidak mengada-ada,
tidak ada embel-embel kode, tidak ada tutur manis, hanya ucapan selamat ulang
tahun biasa. Hanya doa yang dibuat setulus-tulusnya, kalau bisa.
Selamat ulang taun,
kamu. Panjang umur & sehat selalu ya. Semoga semua urusannya dilancarkan.
Amin.
Setiap tahun, doa
saya untuknya selalu sama. 2 tahun lalu, ‘semoga semuanya dilancarkan’ masih
‘semoga sukses kuliahnya’. 1 tahun yang lalu menjadi ‘semoga cepat selesai
skripsinya, dan semoga sukses untuk sidangnya’.
Mungkin judulnya
doa selamat ulang tahun, tapi saya yang egois selalu meluputkan satu doa tiap
tahun. Doa basa-basi yang saya takut akan jadi kenyataan, karena sebenarnya
saya masih sayang.
___
Hari ini saya ulang
tahun yang ke-24. Tiup lilin dan kue cokelat bundar sudah jadi kebiasaan di
kantor tiap tahun. Giliran saya yang anak bawang jadi target. Saya sudah
was-was dari jam masuk kantor. Tapi tidak ada yang aneh, bahkan saya sudah
berasumsi mereka lupa. Tapi 2 menit sebelum jam pulang kantor, Tio, tetangga
kubikel saya meniup terompet tepat di lubang telinga saya.
Dan setelah hingar
bingar terompet, lagu ulang tahun, dan tiup lilin, serta potong kue, Whatsapp
saya menunjukkan notifikasi baru. Meskti tanpa nama, saya kenal betul nomor
telepon itu. Saya menggeser layar tepat di atas notifikasi itu dan dia disana
dengan ucapan selamat ulang tahun serta doanya yang mirip tiap tahun.
Saya mulai mengetik
ucapan terima kasih.
Haloo, terima kasih
ucapannnya. Semoga urusan kamu juga dilancarkan ya. J
Dan tiap tahun,
ucapan terima kasih dengan harapan doa baiknya akan kembali pada empunya tidak
saya tambahkan dengan doa paling umum zaman sekarang. Kebanyakan, karena saya
tahu itu hanya basa-basi. Sisanya, saya takut doanya akan jadi nyata. Karena
kalau boleh jujur, saya masih sayang.