Home              About              Stories              Projects             Late Night Thoughts            Review

Wednesday, March 26, 2014

Bukan Kebetulan

"Cause everybody knows, that nobody really knows. How to make it work, or how to ease the hurt.
We've heard it all before, that everybody knows just how to make it right. I wish we gave it one more try.

Aryo bersenandung selama perjalanan. Bukan lagu yang asing di telingaku karena dia memutar ulang lagu ini selama hampir satu jam.

"Kita mau kemana, Yo?"

"Mau makan kan katanya," Lalu dia kembali bersenandung. 

"And I know one day you'll see nobody has it easy. I still can't believe you've found somebody new. But I wish you the best, I guess."


***

"Cronut, please," aku memesan satu dessert untuk menemaniku melewati sore ini dan cronut mungkin cocok. 15 menit kemudian, pesananku datang dan bukan hanya itu - dari sekian banyak restoran dan kafe di Jakarta dia memilih Union - mereka datang melenggang masuk ke dalam Union. Aku dan perempuan itu sempat menangkap mata masing-masing. Tidak asing.

***

"Aku ke toilet dulu, ya." Aryo pamit. Entah dia sadar aku merasa was-was atau tidak, aku tidak peduli. "Yo, mau pindah ke Monolog aja, nggak?" "Hah? Ngapain? Emang ada cronut di Monolog?" Aku sendiri tidak peduli ada cronut atau tidak disana, tapi faktanya perempuan itu tidak akan ada di Monolog karena dia sibuk makan cronut sambil melihat ke arah meja kami.

Setelah Aryo pergi, aku berjalan ke arah mejanya. Entah apa yang aku pikirkan, tapi nyatanya sudah terlambat untuk kembali dan melupakan bahwa kami tidak sengaja bertemu dengannya di dalam satu restoran.

Tidak sadar aku sudah berdiri di depannya, memandangi caranya memakan cronut sambil terus me-refresh timeline media sosialnya. Tanganku terkepal gugup. Haruskah? Lalu tiga detik ke depan seperti berjalan secara lamban, saat dimana ingatanku lari ke masa lalu. Saat Aryo pergi entah kemana, padahal aku sedang di rumahnya. Ingatanku kembali lari ke satu hari sebelumnya. Saat Aryo pulang malam tanpa kabar. Satu-satunya alasan ada di depanku, dia sedang memandangku.

Sekarang aku tahu betul wajahnya. Wajah yang hanya samar-samar aku ingat, saat aku melihatnya di ponsel Aryo sembunyi-sembunyi.

"Halo, Arin.."

***


No comments:

Post a Comment