Home              About              Stories              Projects             Late Night Thoughts            Review

Thursday, January 8, 2015

Kejutan

Baca dulu: Kado

Bandung, 7 Januari 2015.

Saya merebahkan diri di atas kasur, berusaha untuk tidak berpikir macam-macam. Memutuskan untuk langsung pulang ke Bandung ternyata bukan ide yang bijaksana. Saya bisa merasakan kepala saya berat dan badan mulai meriang. Sial.

Dan saat ini yang saya ingat hanya Laras dan wajah lelahnya. Juga gerak perhatiannya pada Gilang. Dan disini saya hanya bisa cemburu. Ego tidak lagi terluka. Dia remuk berkeping-keping. Belum lagi rasa ngilu di ulu yang entah darimana asalnya membuat saya sesak napas.

Disini saya hanya bisa menggerutu sendiri. Mengutuk diri. Memarahi hati.

Bandung, 24 Desember 2014. H-7 Ulang Tahun Laras.

Satu minggu sebelum ulang tahun Laras. Salah saya mengingat tanggal ulang tahunnya. Tapi bagaimana bisa lupa jika ulang tahun mantanmu bersamaan dengan lahirnya tahun baru? Butuh pindah planet dulu kalau maunya begitu.

Satu minggu sebelum ulang tahun Laras dan saya memutuskan untuk berhenti pura-pura. Pagi itu saya bertemu dengan Kirana.

"Halo, Sayang.."

Saya tersenyum saat perempuan itu datang. "Kok mukanya serius banget?" Tanyanya sambil mengerutkan dahi. Satu jam basa-basi, akhirnya dia berhasil tahu kemana arah pembicaraan saya. "It's been quite a year, ya Put." Katanya. Air mukanya berubah.

Saya mengangguk. "Kenapa?" Tanyanya lagi, saya bisa lihat gumulan air di pelupuk matanya. Dan yang saya rasakan adalah simpati. Maaf.

"Saya masih sayang Laras. Dan saya nggak mau bohong sama kamu."

"Oke..." Lalu dia pergi. Tanpa senyum. Sekali lagi, hanya simpati yang saya rasakan. Dan semenjak itu tidak ada lagi ucapan selamat pagi, kue bolu, atau susu Almond untuk saya. Tidak ada lagi kecup di pipi, apalagi rasa cemburunya yang kadang berlebihan tapi selalu bikin kangen. Dan saya sadar ada lobang besar di samping padang layu yang ditinggalkan Laras. Rasanya sakit.

1 Januari 2015

Tahun baru saya sibuk sendiri. Urusan kuliah menunda kepergian saya ke Jakarta. Dan ucapan ulang tahun pun tidak sempat saya kirimkan. Tunggu ya.

Jakarta, 7 Januari 2015, 17.10
Saya tiba di kantor Laras. Dan saya tidak menemukan Laras disana. Informasi lengkap saya dapatkan dari teman sekantor Laras. Dan tidak sengaja saya berpapasan dengan pria itu. Dia mondar-mandir di lobi kantor tidak sabaran. Sepertinya sedang menunggu hujan sambil sibuk menggenggam satu buket bunga aster untuk pacarnya. Romantis sekali.

Saya teringat hobi unik Laras membeli bunga untuk dirinya sendiri. Ada 1/8 penyesalan saya tidak pernah memberikan dia bunga. Tapi kado yang saya bawa pasti sepadan.

Saya melewati pria itu menuju ke arah parkiran mobil dan menuju Le Cafe Gourmand. Saya sempat bertemu Laras, dan dia kelihatan lebih dari kaget saat melihat saya. Datang tepat waktu tidak membuat Laras ingin tetap disana. Malah dia ingin buru-buru pulang.

"Aku harus pulang, Put." Katanya sambil beranjak pergi. Reflek, saya menahannya, mencoba menggamit lengannya dan memohonnya untuk menunggu sebentar. Ada banyak rindu di dalam sini dan saya tidak mau meledak karenanya. 

Sebelum saya bisa menyampaikan status saya dengan Kirana, Laras menoleh ke arah pintu dan berdirilah ia disana, pria dengan satu buket bunga yang tadi saya lihat di lobi sedang menunggu hujan, resah.

"Ras.." Kata pria itu memanggil Laras. Basah kuyup dia berusaha untuk tidak menggigil. Dan saya melihat raut wajah Laras. Raut wajah yang beberapa tahun lalu hanya untuk saya yang terkena demam atau saya yang tidak sengaja jatuh dari motor, atau saya yang jatuh karena tidak pernah hati-hati men-dribble bola. Raut wajah khawatir milik Laras. 

Buket bunganya hancur dan terlihat lebih basah dari empunya. Tapi Laras tidak kelihatan peduli. Perhatiannya tertuju pada pria dengan buket bunga itu. 

"Halo, saya Gilang..." Jabat tangan hangat itu saya acuhkan sampai saya dengar nama Gilang disebut. Pria ini resah menunggu hujan untuk menemui Laras. 

Buru-buru saya rogoh kantong celana saya untuk mengambil kotak mungil berwarna hitam diikat pita tipis berwarna putih, dan memberikannya pada Laras. "Ras, ini kado ulang taun kamu. Selamat ulang taun, ya. Maaf kemarin nggak sempat ngucapin." Lalu saya pergi.

Bukan lagi gusar atau resah. Hanya cemburu. 

No comments:

Post a Comment