Home              About              Stories              Projects             Late Night Thoughts            Review

Friday, January 23, 2015

Prioritas (2)

Baca dulu: Hari Lahir

Jam tangan saya menunjukan pukul 19.00. Harusnya jam segini Laras udah pulang. Saya membatin. Kurang lebih 30 menit saya menunggu di ruang tamu kos Laras. Tapi saya maklum kalau dia telat. Saya bukan prioritas dia yang pertama. Ada keluarganya dan Gilang, lalu pekerjaannya. Agak miris memang. Karena kita semua tahu, jika seseorang benar-benar mencintai kita, selalu ada waktu dalam kesempatan sempit untuk memberi kabar. Selalu ada celah untuk pulang tepat waktu. Saya mencoba membendung perasaan ngilu itu tapi faktanya memang begitu.

Tapi saya harus maklum.

"Halo Put!" Laras menaiki anak tangga terakhir dan menghampiri saya. "Udah lama?" 

"Nggak kok.." Saya nyengir. "Mau makan kemana nih kita?" Tanya Laras antusias. Rona pipinya tidak pernah gagal membuat saya jatuh hati. Matanya yang seakan berbinar saat menatap saya juga selalu berhasil membuat saya salah tingkah. Entah bagaimana harus memenangkan hatinya lagi. 

"Nggak usah fancy-fancy, ya. Aku kucel banget nih." Tambah Laras sambil manyun. Gemas.

Saya tergelak. Saya tahu alasan Laras bilang begitu. Tidak bisa disalahkan karena saya ingin terlihat mempesona di depan dia. Menghabiskan waktu 1 jam lebih 30 menit untuk memilih kemeja yang pas. Membuat saya teringat dengan film favorit kami. Flipped. Saya sekarang mengerti perasaan Bryce yang ingin terlihat mempesona di depan Juli tapi tidak ingin terlihat 'berusaha' untuk mempesona. Tidak semudah yang saya bayangkan, ternyata. 

"Kamu yang pilih tempat ya, Ras." Jawab saya sambil membukakan pintu mobil. 

"Anu...aku bisa buka sendiri, sebenernya." Kata Laras kikuk. "Tapi makasih.." Buru-buru ia tambahkan sebelum ia masuk ke dalam mobil. 

"Kamu lagi mau makan apa?" Saya bertanya lagi. 

"Lagi ngidam sushi."

"Sushi tei mau?" 

"Hehehehe mau...." 

Fly me to the moon /  Let me play among the stars /..

Laras buru-buru mengangkat telepon dengan ringtone favoritnya sedari dulu. Membuat saya ingin ikut bersenandung. 

"Halo...Ini lagi sama Putra..Makan...sushi."

Gilang.

"Iya, nggak malem-malem. Iya, dia kalo bawa mobil nggak suka ngebut kok. Iya sayaang..Bye, love you too."

Rasa nyelekit itu menyusup masuk. Bukan, bukan ngilu. Tepatnya cemburu yang menyusup masuk.

"Gilang ya?" Saya bertanya memastikan. Laras mengangguk. "Dia nggak jealous...?"

"Asal kita nggak balikan aja, Put." Jawabnya sambil tersenyum masam. 

"Yah, susah dong." Jawab saya memberi kode sambil tergelak. Laras konstan tertawa.

Sushi Tei, 21.00

"Pulang yuk.." Laras melirik jam tangannya. 

"Bentar dong...Aku jauh-jauh dari Bandung loh, Ras." 

"Kamu nggak mau nginep aja? Tante kamu masih tinggal di Jakarta, kan?"

Saya menggeleng. "Nggak, ah."

"Setengah 10 ya cabutnya. Nggak balikan ini." Jawab saya lalu tertawa sendiri. Menghibur hati. Berharap kode saya tersampaikan dengan rapi.


Kos Laras, 22.00

"Makasih ya Putra!" Kata Laras sumringah. Senyum itu entah untuk siapa. Saya atau sushi. Tapi rasanya hangat bisa melihat ia kembali seperti ini. Seperti saya tidak pernah pergi. "Hehehe seneng deh ngeliat kamu senyum gini."

Lalu saya lihat rona itu merekah di pipi. Ah, kamu.

"Sampai ketemu lagi ya, Put."

"Minggu depan gimana?" Saya buru-buru membuat janji. Biar tidak didahului.

"Minggu depan nggak bisa. Gilang ngajakin ke Bogor." Jawabnya. Dan kali ini saya yang harus maklum.

"Oke, nggak apa-apa. Sebisanya kamu kapan, aku siap aja."

"Yauda ya. Pamit dulu, Put. Hati-hati di jalan, ya." Kata Laras sambil membuka pintu.

Dan ada rasa tidak ikhlas. Ada rasa tidak ingin ditinggal.

Sebelum Laras sempat membuka pintu gerbang, saya turun dari mobil, menghampirinya.

"Ada apa, Put? Ada yang ketinggalan?"

"Hati aku." Tidak sadar saya menjawab pertanyaan Laras. Malu, saya diam mematung.

"Hahahahah kamu tuh!" Dan dipikir hanya canda oleh pencurinya.

Saya hanya bisa mematung disana saat Laras mulai berjalan menjauh. Tidak ada kecupan atau pelukan. Bahkan genggaman tangan.

.

.

Susah ya naksir sama pacar orang. Dengus saya dalam hati.

No comments:

Post a Comment