Home              About              Stories              Projects             Late Night Thoughts            Review

Thursday, November 28, 2013

L.

Bukan karena red velvet yang saya makan, bukan hujan deras sore ini, bukan dia yang tertawa bersama saya di ujung dunia sana, bukan juga tugas saya. Tapi kamu. Bukan lagi memori tentang kamu, tapi harapan saya yang ternyata masih ada disana. Masih diujung sana menunggu untuk diselamatkan. Saya tidak memilih untuk pergi mencari karena ternyata lebih nyaman disakiti terus. Bukan, bukan lagi kamu. Tapi oleh harapan saya. Ternyata bukan lagi kamu yang jadi asam sekaligus manisnya jus stroberi saya, tapi mimpi indah saya yang terus datang tiap malam untuk menghidupkan sosok kamu di setiap tidur saya. Ternyata bukan lagi suara kamu yang jadi candu tapi sepotong memori saya tentang kita yang ternyata masih mengendap di otak. Iya, otak bukan di hati. Ironis bukan? Karena ternyata yang menghidupkan kamu dalam harapan saya bukan sakit hati saya melainkan logika otak saya. Kata orang saya bisa cenayang. Saya bisa lihat kamu dengan orang lain. Saya tahu kamu dengan orang lain. Yang saya tidak tahu, yang saya heran, apakah perlu saya ada di hidup kamu jika akhirnya kamu sama orang lain? apa perlu ada saya di hidup kamu setahun ini tapi akhirnya kamu sama orang lain? Ini bukan lagi tentang dua jadi satu, soulmate, atau bahkan teman hidup. Ini saya sama kamu. Ini semesta saya yang keluar orbit dan tidak sengaja bergesekan dengan semesta kamu yang adem ayem. Ini saya yang lucunya percaya kalau tempat saya adalah di samping semesta kamu, berdempetan, sejajar selalu. 
Saya tidak menyalahkan dia, tapi nyatanya saya masih sayang kamu.

Layla.


also read

No comments:

Post a Comment