Jam kulit di pergelangan tangan kiri milik saya menunjukan pukul 16.55 dan saya harus sampai di Stasiun Tugu. Oh, bukan. Saya tidak sedang mengejar kereta untuk pulang ke ibukota, hanya saja saya tidak ingin melewatkan yang satu ini. Tidak kali ini.
***
"Dira, kamu mau nggak jadi pacarku?" Saya menatapnya, 1/3 dari diri saya bilang "let's give it a shot", 1/3 yang lain bilang "it's wasting your time", dan 1/3 sisanya bilang "Yakin kamu mau melewatkan yang ini?"
Nggak ada yang bener.
"Aku nggak tau...mau jawab apa." Sebelum saya bisa jelaskan maksud saya barusan, dia sudah keluar, berjalan ke arah sepeda motornya, dan tidak pernah melihat ke belakang, tidak ada salam atau lambai tangan.
Saya tahu dia akan kembali ke Jogja sore ini naik kereta (entah apa nama keretanya). dan saya tidak mau melewatkannya begitu saja tanpa perlawanan. Tidak yang ini. Tidak sekarang.
Nggak ada yang bener.
"Aku nggak tau...mau jawab apa." Sebelum saya bisa jelaskan maksud saya barusan, dia sudah keluar, berjalan ke arah sepeda motornya, dan tidak pernah melihat ke belakang, tidak ada salam atau lambai tangan.
***
No comments:
Post a Comment