Home              About              Stories              Projects             Late Night Thoughts            Review

Thursday, October 25, 2012

Layla

Adit duduk diam menatap foto dirinya dan tunangannya di satu pigura di atas meja kerjanya. Layla. Putri dari pengusaha batu bara sukses di Indonesia. Menjadi seorang putri orang terpandang tidak membuat Layla terus bermanja-manja di rumah menghabiskan harta orang tuanya. Layla memilih untuk berkumpul dengan anak yatim-piatu di panti asuhan atau di kolong jembatan dibanding duduk manis di kafe mahal dengan teman-teman sosialitanya. Layla memilih merawat tanaman bersama tukang kebunnya di Minggu sore dibanding menyusul teman-temannya ke Singapura untuk belanja di Orchard Road, atau ke Hongkong karena ada Great Sale.  Layla. Perempuan yang dengan kesederhanaanya membuat Adit jatuh cinta untuk yang kedua kalinya. Adit selalu berpikir dia tidak akan bisa jatuh cinta lagi, setelah Arimbi sukses datang dan keluar dari hatinya tanpa permisi.

"Kamu dimana, La?" Tanya Adit di telpon.
"Di butik, Dit. Ada apa?"
"Aku jemput ya.."
Layla tersipu. Adit tidak pernah mengumbar janji. Tepatnya jarang.
"Kamu nggak sibuk?" Layla menjawab
"Kebetulan meeting jam 3 di-cancel." Adit menjawab sambil melihat Rolex yang melingkar di tangan kirinya. "Gimana?"
"Boleh.." klik.

Pukul 14.25 Adit pergi menjemput Layla di butiknya di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Adit langsung disambut pramuniaga butik tersebut bukan karena mereka berpikir Adit adalah customer tapi mereka tahu Adit bukan pengunjung biasa. Pramuniaga selalu berbisik-bisik iri. Entah, mereka yang tidak punya cermin atau mereka memang suka membicarakan orang lain.

"Aduh, Pak Adit itu kok ganteng banget ya.."
"Non Layla kan biasa aja mukanya.."
"Iya, cuman kaya aja. Apa jangan-jangan... Pak Adit cuma mau duitnya aja. Secara..." Dan seterusnya.

Adit suka mencuri dengar pembicaraan orang-orang itu sambil tergelak. Ada-ada saja.

Ternyata Layla masih ada tamu. Layla keluar sebentar sambil minta maaf pada Adit yang dibalas dengan senyum "tidak apa-apa" milik Adit. Tidak lama kemudian, Layla keluar dengan tamunya. Perempuan sepantaran Layla.
Adit langsung mengenali perempuan itu hanya dengan melihat senyumnya. Senyum yang selalu ia curi lihat beberapa tahun lalu. Senyum yang tidak pernah hilang dari ingatannya.Senyum milik seorang Arimbi tidak pernah sama dengan senyum milik perempuan lain, termasuk senyum Layla.

Adit memutuskan tetap diam sampai Arimbi keluar dari butik Layla. Adit memutuskan untuk menjadi pengecut sekali lagi.
"Tadi siapa, La?"
"Oh itu desainer baru aku. Namanya..." Arimbi. "...Arimbi."
"Aku suka banget sama desain-desain dia. She is talented."
Senyum Adit menjadi jawaban penjelasan Layla.

Halo Arimbi, ternyata semesta mempertemukan kita kembali. Apakah kita juga harus menunggu semesta mengacak-acak hidup kita lagi?

2 comments:

  1. Kereeeen <3
    Lanjut gik lanjuuut, eh semalem aku mimpi kamu kabur dari Jakarta lho :'

    ReplyDelete
  2. makasihhh ovin!!!! <3
    kok..mimpinya...serem..

    ReplyDelete