Layla, maaf aku pergi, karena hanya Arimbi
yang selalu ada di hati.
Layla jangan memintaku kembali, karena kamu
berhak mendapat yang lebih baik.
Layla, jangan beri aku kesempatan untuk
kembali, jangan maafkan aku.
Layla, aku pergi.
Layla, terima kasih untuk satu tahun ini. Tapi
Arimbi, dia selalu di hati, dan tidak pernah pergi. Bukan, kamu bukan selingan,
kamu bukan pelampiasan, kamu adalah bukti aku pernah menyerah untuk menanti.
Layla, maaf untuk segala janji yang tak sempat
aku tepati, karena aku kembali jatuh hati pada Arimbi. Kembali menyerah untuk
pergi.
Selamat tinggal hai kamu yang pernah ada di
hati.
***
Layla
“Nggak apa-apa Adit. I am fine.” Aku tersenyum mendengar cerita tentang mereka berdua.
Mungkin memang harus ada aku di antara mereka
sampai Tuhan mempertemukan mereka kembali.
Mungkin aku bukan pelampiasan, tapi
cerita cinta mereka tidak akan lengkap tanpaku.
Ah, kamu
menghibur diri, Layla. Kamu mencintai Adit.
Aku mencintainya. Tapi Arimbi cukup lama
menunggu.
Aku memeluknya. Salam perpisahan. “Jaga Arimbi
baik-baik.. Cukup aku, ya Dit.”
“Arimbi, maaf membuatmu menunggu terlalu
lama..” Aku melambaikan tangan pada sosok perempuan di belakang Adit.
Terima kasih untuk satu tahun. Indah, sayang hanya bisa dikenang tanpa pernah bisa diulang
No comments:
Post a Comment