Home              About              Stories              Projects             Late Night Thoughts            Review

Friday, July 3, 2015

The Lovers

Bunyi alarm membangunkan aku dengan paksa pagi ini. Aku menggerakan tanganku mencari ponselku di bawah guling dan menekan asal layarnya, berharap suara bising itu berhenti. Aku menghela nafas panjang lalu mencoba menggerakan badanku keluar dari tempat tidur. Berat hati memang tapi apa daya kelas pagi sudah ditetapkan di awal semester. 5 menit kemudian, aku berjalan gontai ke arah kamar mandi. Butuh 15 menit untuk menyelesaikan ritual pagi lalu tidak lupa melihat jadwal kuliah hari ini.

"Ah, Pak Aji lagi." Gerutuku kesal. Dosen Akuntansi yang hobinya bikin jadwal seenaknya ini tidak hanya menyandang status sebagai dosen paling telat se-kampus tapi juga jago bikin alasan untuk membatalkan kelas di menit-menit terakhir. 

Aku mengambil tote bag raksasa andalanku dan membuka pintu kamar apartemenku. Entah semesta punya hobi membuatku deg-degan atau ini cuma kebetulan tapi ini adalah kali kesepuluh aku berpapasan dengan dia. Pria dengan tinggi 2x dari aku yang percaya takhayul. Kuliahnya boleh Teknik Mesin tapi untuk urusan jodoh, dia lebih percaya kartu tarot. Seminggu sekali mampir kamar apartemenku dengan 1001 alasan yang dia punya cuman untuk membaca majalah 'wanita' terbaru milikku hanya untuk mengintip halaman horoskop. Ha. Lucu, aku pikir. Tapi caranya bermain piano meratakan tembok pertahananku selama ini. Sejak permainan pertamanya di auditorium universitas aku selalu lupa caranya bernafas setiap berpapasan dengannya. "Hai!" Sapanya dengan senyum lebar. "Halo." Aku harap dia tidak melihat pipiku merona. 

Kami berjalan beriringan di lorong apartemen dan saya enggan mencari topik pembicaraan. "Kuliah Pak Aji ya." Saya yang kaget langsung menoleh. "Kok lo tau?" 

"Tadi kedengeran lo ngomel." Katanya. "Eh, besok gue mampir ya." Sahutnya lagi. "Ini gue bawain majalah bulan ini." Jawabku sambil mengambil majalah dengan Raline Shah di cover-nya. "Wah! Makasih ya. Tapi gue mau minta tolong dibacain Tarot, sebenernya."

"Heh?"

"Iya, katanya Dira lo jago. Kenapa nggak pernah ngomong deh, gue kemaren nyari sampe ke Tangerang, tau." Dia malah curhat. 

Dira sialan.

"Err.. yaudah deh. Mau dibacain apa?"

"Hehehe.. lo kayak nggak tau gue aja."

"Hehehe, gue nggak tau emang."

"Yah apalagi sih, paling kenapa gue nggak punya pacar." Dia tertawa. Pahit.

Mau tidak mau aku ikut tertawa. 


Esok paginya dia sudah anteng duduk di sofa sambil membaca majalah yang kemarin aku pinjamkan. Aku bergabung dengannya sambil membawa satu tumpuk kartu tarot pribadiku. 

"Mau Bismillah dulu, nggak?" Godaku.

"Eh, emang boleh?"

"Auk deh. Gue ngasal doang." Jawabku sambil cekikikan. "Ih sesat lo!" Katanya sambil memukul pundakku pelan. 

"Mulai ya." Aku memberikan kartu tarotnya untuk dikocok. "Gue yang ngocok yah?" Aku mengangguk. 

"Nih udah." Katanya memberikan kartu-kartu itu lagi padaku. "Sekarang pilih satu." 

Butuh 5 detik untuk dia memilih kartu pertamanya. 

Aku membuka kartu pertamanya. Aku tercenung. "Emm..Ada yang suka sama lo, nih." 

Aku bisa melihat pupil matanya membesar, tertarik. "Wah, gue kenal nggak?" 

"Ambil satu kartu lagi." Dia membukanya lalu melihat aku. penasaran apa arti kartu keduanya. "Lo kenal. Dia...dekat."

Deg.

Dan ada perasaan tidak enak menyeliputiku. Aku bisa merasakan keringat dingin meluncur dari atas punggungku. 

"Deket gimana maksudnya? Anak kelas gue?"

Kartu lain dibuka dan aku menggeleng. "Bukan anak teknik, kok." Dia terlihat berpikir keras. "Siapa ya.."

"Lo mau nebak atau gimana?" Aku bertanya nekad, tapi 1:1000 dia akan tahu itu aku. "Risa bukan?"

Hah? Siapa tuh Risa? Kataku dalam hati, sedikit cemburu.

Aku membuka kartu lainnya. Lalu menggeleng. "Manda bukan?"

Cemburuku tidak lagi sedikit. 

Kartu lain terbuka dan aku kembali menggeleng. Aku bisa saja berbohong tapi ada profesionalisme yang harus aku jaga. 

"Anak akuntansi bukan?"

Eh?

Lalu kubuka kartu berikutnya. "Hmm.. Iya. Anak akuntansi. Kok spesifik banget?"

Dia tersenyum puas. "Cukup itu yang perlu gue tahu."
  

No comments:

Post a Comment